Stres, kewalahan, dan merasa terlalu banyak tugas yang harus dikerjakan? Jangan khawatir, Anda tidak sendiri.Keluhan seperti ini banyak disampaikan oleh orang-orang yang sibuk, para profesional.
Dan stres seperti ini benar-benar membuat kita menderita. Tapi bagaimana jika kita mengubah cara pandang dan persepsi tentang stres ini?
Dan itulah yang disarankan oleh beberapa ahli dan praktisi psikologi dalam satu forum LinkedIn Influencers, forum tukar pendapat yang melibatkan orang-orang yang ahli atau praktisi di bidang masing-masing.
“Selama bertahun-tahun saya mengatakan bahwa stres membuat Anda sakit. Jika Anda stres, Anda punya kemungkinan lebih besar untuk terkena flu atau bahkan penyakit jantung,” kata Kelly McGonigal, pengajar di jurusan psikologi Universitas Stanford, Amerika Serikat.
“Risiko untuk mengalami depresi dan kecanduan juga meningkat jika Anda stres. Stres membunuh sel-sel dalam otak, merusak DNA dan bikin Anda lebih cepat tua,” kata McGonigal.
Ubah persepsi
Mungkin bukan stres itu sendiri yang membuat kita berisiko terkena penyakit atau gangguan kejiwaan seperti dikatakan McGonigal.
Ia lantas mengutip satu penelitian yang memperlihatkan bahwa orang-orang yang stres tapi tak menganggap stres ini sebagai sesuatu yang merugikan, memiliki risiko kematin lebih kecil bahkan jika dibandingkan dengan orang-orang yang mengalami stres ringan.
“Para peneliti menyimpulkan bukan stres itu sendiri yang membuat orang-orang menderita. Yang membuat mereka menderita adalah gabungan stres dan persepsi serta keyakinan bahwa stres itu merugikan,” jelas McGonigal.
Kesimpulan yang ditemukan McGonigal ini mendorong dirinya mengkaji ulang tentang materi psikologi yang ia ajarkan kepada para mahasiswanya.
Selama ini, kata McGonigal, para pakar dan praktisi psikologi menganggap stres sebagai sesuatu yang harus diperangi.
“Saya bahkan meyakini stres tak berbeda dengan penyakit menular berbahaya yang harus dihentikan,” katanya. Mungkin kata kuncinya adalah bagaimana kita “memperlakukan” stres.
“Daripada kita sibuk mencari tahu bagaimana mengatasi stres ini, mungkin akan jauh lebih baik bila kita ‘menerima saja’ stres ini dan memanfaatkannya untuk memperbaiki kualitas hidup kita,” kata McGonigal.
Perbaiki aspek mental
Berbeda dengan McGonigal yang mengusulkan kita mengubah cara pandang, LaRae Quy, mantan agen khusus FBI dan pendiri Pusat Kekuatan Mental, menggunakan pendekatan lain untuk menghadapi stres.
“Biasakan untuk terus belajar tentang hal-hal yang baru dan berbeda. Biasakan pula untuk melakukan re-evaluasi,” kata Quy.
Dengan kita terus belajar dan menambah informasi kita cenderung untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih arif dan lebih baik. Selain itu, kita juga menjadi lebih sadar dengan tindakan-tindakan yang kita ambil.
Saran lain yang disampaikan Quy adalah dengan menyadari bahwa kita semua memiliki keterbatasan.
Ketika kita sadar bahwa diri kita atau orang-orang dalam tim kita punya keterbatasan, sebenarnya pada saat yang sama kita juga mengambil pendekatan yang lebih luwes.
“Kita menyadari ada hal-hal negatif dalam diri kita, tanpa harus menyerah atau putus harapan,” kata Quy.
“Ini semua terkait dengan mental kita. Kita harus bisa mengontrol mental ini, jangan sebaliknya, menyerah dan membiarkan mental kita menguasai diri kita,” katanya.
0 Komentar